Translate

Rabu, 15 Mei 2013

FILSAFAT EKONOMI CINA



FILSAFAT EKONOMI CINA

A.   Periodisasi  Atau  Perkembangan  Filsafat  Cina
      Pada perkembangan melewati rentan waktu panjang yang dilalui Filsafat di Cina, disini Filsafat Cina dapat dikategorikan ke dalam empat periode besar :


1.      Jaman Klasik (600-200 S.M.)

            Menurut tradisi, periode ini ditandai oleh seratus sekolah filsafat:seratus aliran yang semuanya mempunyai ajaran yang berbeda. Namun, kelihatan juga sejumlah konsep yang dipentingkan secara umum, misalnya “tao” (”jalan”), “te” (”keutamaan” atau “seni hidup”), “yen” (”perikemanusiaan”), “i” (”keadilan”), “t’ien” (”surga”) dan “yin-yang” (harmoni kedua prinsip induk, prinsip aktif-laki-laki dan prinsip pasif-perempuan). Sekolah-sekolah terpenting dalam jaman klasik adalah:

a.       Konfusianisme
            Konfusius (bentuk Latin dari nama Kong-Fu-Tse, “guru dari suku Kung”) hidup antara 551 dan 497 S.M. Ia mengajar bahwa Tao (”jalan” sebagai prinsip utama dari kenyataan) adalah “jalan manusia”. Artinya: manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik. Keutamaan merupakan jalan yang dibutuhkan.
Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan (”yen”), yang merupakan model untuk semua orang. Secara hakiki semua orang sama walaupun tindakan mereka berbeda.

b.      Taoisme
            Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (”guru tua”) yang hidup sekitar 550 S.M. Lao Tse melawan Konfusius. Menurut Lao Tse, bukan “jalan manusia” melainkan “jalan alam”-lah yang merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse adalah prinsip kenyataan objektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, mutlak dan tak-ternamai. Ajaran Lao Tse lebih-lebih metafisika, sedangkan ajaran Konfusius lebih-lebih etika. Puncak metafisika Taoisme adalah kesadaran bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang Tao. Kesadaran ini juga dipentingkan di India (ajaran “neti”, “na-itu”: “tidak begitu”) dan dalam filsafat Barat (di mana kesadaran ini disebut “docta ignorantia”, “ketidaktahuan yang berilmu”).

c.       Yin-Yang
            “Yin” dan “Yang” adalah dua prinsip induk dari seluruh kenyataan. Yin itu bersifat pasif, prinsip ketenangan, surga, bulan, air dan perempuan, simbol untuk kematian dan untuk yang dingin. Yang itu prinsip aktif, prinsip gerak, bumi, matahari, api, dan laki-laki, simbol untuk hidup dan untuk yang panas. Segala sesuatu dalam kenyataan kita merupakan sintesis harmonis dari derajat Yin tertentu dan derajat Yang tertentu.

d.      Moisme
            Aliran Moisme didirikan oleh Mo Tse, antara 500-400 S.M. Mo Tse mengajarkan bahwa yang terpenting adalah “cinta universal”, kemakmuran untuk semua orang, dan perjuangan bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan. Filsafat Moisme sangat pragmatis, langsung terarah kepada yang berguna. Segala sesuatu yang tidak berguna dianggap jahat. Bahwa perang itu jahat serta menghambat kemakmuran umum tidak sukar untuk dimengerti. Tetapi Mo Tse juga melawan musik sebagai sesuatu yang tidak berguna,maka jelek.

e.       Ming Chia
            Ming Chia atau “sekolah nama-nama”, menyibukkan diri dengan analisis istilah-istilah dan perkataan-perkataan. Ming Chia, yang juga disebut “sekolah dialektik”, dapat dibandingkan dengan aliran sofisme dalam filsafat Yunani. Ajaran mereka penting sebagai analisis dan kritik yang mempertajam perhatian untuk pemakaian bahasa yang tepat, dan yang memperkembangkan logika dan tatabahasa. Selain itu dalam Ming Chia juga terdapat khayalan tentang hal-hal seperti “eksistensi”, “relativitas”, “kausalitas”, “ruang” dan “waktu”.

f.       Fa Chia
            Fa Chia atau “sekolah hukum”, cukup berbeda dari semua aliran klasik lain. Sekolah hukum tidak berpikir tentang manusia, surga atau dunia, melainkan tentang soal-soal praktis dan politik. Fa Chia mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus mulai dari contoh baik yang diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan dari suatu sistem undang-undang yang keras sekali.

            Tentang keenam sekolah klasik tersebut, kadang-kadang dikatakan bahwa mereka berasal dari keenam golongan dalam masyarakat Cina. Berturut-turut: (1) kaum ilmuwan, (2) rahib-rahib, (3) okultisme (dari ahli-ahli magi), (4) kasta ksatria, (5) para pendebat, dan (6) ahli-ahli politik.

2.      Jaman Neo-Taoisme dan Buddhisme (200 S.M.-1000 M.)

            Bersama dengan perkembangan Buddhisme di Cina, konsep Tao mendapat arti baru. Tao sekarang dibandingkan dengan “Nirwana” dari ajaran Buddha, yaitu “transendensi di seberang segala nama dan konsep”, “di seberang adanya”.

3.      Jaman Neo-Konfusianisme (1000-1900)

            Dari tahun 1000 M. Konfusianisme klasik kembali menjadi ajaran filsafat terpenting. Buddhisme ternyata memuat unsur-unsur yang bertentangan dengan corak berpikir Cina. Kepentingan dunia ini, kepentingan hidup berkeluarga dan kemakmuran material, yang merupakan nilai-nilai tradisional di Cina, sema sekali dilalaikan, bahkan disangkal dalam Buddhisme, sehingga ajaran ini oleh orang dianggap sebagai sesuatu yang sama sekali asing.

4.      Jaman Modern (setelah 1900)

            Sejarah modern mulai di Cina sekitar tahun 1900. Pada permulaaan abad kedua puluh pengaruh filsafat Barat cukup besar. Banyak tulisan pemikir-pemikir Barat diterjemahkan ke dalam bahasa Cina. Aliran filsafat yang terpopuler adalah pragmatisme, jenis filsafat yang lahir di Amerika Serikat. Setelah pengaruh Barat ini mulailah suatu reaksi, kecenderungan kembali ke tradisi pribumi. Terutama sejak 1950, filsafat Cina dikuasai pemikiran Marx, Lenin dan Mao Tse Tung.
      Inilah sejarah perkembangan filsafat China, yang merupakan filsafat Timur. Yang termasuk kepada filsafat Barat misalnya filsafat Yunani, filsafat Helenisme, “filsafat Kristiani”, filsafat Islam, filsafat jaman renaissance, jaman modern dan masa kini

B.   Proses  Terbentuknya  Republik  Rakyat  China  Tanggal 1 Oktober  1949

            Cina merupakan negara yang diperintah oleh para kaisar selama 2000 tahun dengan sebuah pemerintahan pusat yang kuat dengan pengaruh Kong Hu Cu. Setelah tahun 1911 pula, Cina diperintah secara otokratis oleh KMT dan beberapa panglima perang dan setelah 1949 China menjadi sebuah wilayah yang dikuasai oleh idiologi komunis.

            Pasca terjadinya Revolusi Rusia tahun 1917, komunisme tumbuh sebagai idiologi yang cocok dengan kondisi masyarakat petani dan dapat menumbangkan sebuah rezim yang tidak berpihak pada rakyat. Akhirnya pada tahun 1921 Partai Komunis China (PKC) berdiri atas desakan soviet. Pada awal berdirinya antara uomintang dengan PKC berjalan beriringan, bahkan anggota kuomintang juga anggota dari PKC. Setelah Perang Dunia II, wilayah yang tadinya diduduki oleh Jepang menjadi rebutan antara Kuomintang dengan PKC. Dengan PKC berusaha menduduki China utara dan tidak merebut kota-kota besar, sedangkan kuomintang berusaha menduduki kota-kota besar.

            Tetapi mengenai wilayah manchuria kedua partai sama-sama bersikeras ingin menduduki wilayah itu. Ketegangan pun semakin meningkat, pada tahun 1947 kontak senjata antara nasionalis dengan komunis terjadi. Pada tahun 1948 dengan strategi “desa mengepung kota” kota Manchuria berhasil diduduki oleh Komunisme dibawah pimpinan Lin Piao. Setelah itu kota seperti Shantung, Tientsin, Peking juga berhasil diduduki. Dengan jatuhnya kota-kota tersebut Chiang Kai Sek dengan partai Kuomintang sadar bahwa dia tidak akan dapat bertahan lagi di China.

            Perang Saudara Cina antara Partai Komunis Cina dan Kuomintang yang dimulai dari tahun 1945 sampai pada 1949 mengakibatkan pihak komunis menguasai Cina Daratan dan Kuomintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di Fujian. Pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Cina dan mendirikan sebuah negara komunis.

C.   Sistem perekonomian cina

1.      System ekonomi komunis (Ekonomi Terencana Soviet 1949)

            sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRC) tahun 1949, pemerintah Tiongkok melaksanakan sistem ekonomi berencana. Target-target perkembangan ekonomi di semua sektor direncanakan dan disusun oleh lembaga-lembaga khusus negara. Dengan adanya sistem seperti ini, ekonomi Tiongkok dapat berkembang mantap secara berencana dan terarah, namun sistem itu sekaligus dengan serius telah membatasi vitalitas dan laju perkembangan ekonomi.
            Karena terbatasnya laju perkembangan ekonomi, maka Mao Zedong dan Zhou Enlai yang berkuasa saat itu kemudian mencanangkan program The Great Leap Forward (Lompatan Besar ke Depan) pada 1958. Mereka berharap China menjadi negara industri maju dalam waktu singkat. Titik beratnya adalah pembangunan ekonomi yang berfokus pada industri mesin dan baja, juga produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan domestik sekaligus ekspor.
            Untuk merealisasikannya, pemerintah mengambil-alih lahan pertanian pribadi dan membentuk sistem pertanian komunal. Sementara ratusan juta pekerja dikerahkan demi tujuan industrialisasi. Kepala daerah berlomba-lomba menyenangkan pusat dan memfokuskan energi tenaga kerja di wilayah masing-masing untuk memproduksi besi dan baja. Namun sayangnya program ini gagal total karena disisi lain pertanian menjadi terbengkalai Hasil panen gandum yang melimpah pada tahun 1958 terpaksa dibiarkan membusuk di ladang, karena kaum pria yang seharusnya bertugas memanennya dikerahkan bekerja di pabrik, sehingga menyebabkan kelaparan yang luar biasa yang mengakibatkan ribuan korban jiwa. meskipun laporan ke pusat produksi pangan berlimpah ruah. Namun ternyata laporan tentang hasil produksi yang berlimpah ruah hanya bohongan belaka, dimana itu semua bertujuan hanya untuk menarik perhatian dari pusat bahwa daerahnya telah berhasil.
            Setelah kegagalan ekonomi yang dramatis pada awal 1960-an, Mao mundur dari jabatannya sebagai ketua umum Cina. Kongres Rakyat Nasional melantik Liu Shaoqi sebagai pengganti Mao zedong.
Mao zedong tetap menjadi ketua partai namun dilepas dari tugas ekonomi sehari-hari yang dikontrol dengan lebih lunak oleh Liu Shaoqi, Deng Xiaoping dan lainnya yang memulai reformasi keuangan. (Mao Zedong wafat pada tahun 1976)
2.      System ekonomi terpimpin dengan ciri china komunis (1958-1978)
            Eksploitasi manusia yang sering terjadi di China telah dihilangkan dan diganti dengan sistem sosialis yang menempatkan kaum pekerja dan masyarakat bawah sebagai subjek pembangunan China. Sampai saat ini tujuan dari pemerintah China adalah meningkatkan institusi yang berbasis paham sosialis, menggabungkan demokrasi dengan sosialisme, meningkatkan sistem hukum sosialis termasuk memodernkan sistem perekonomian.
           
            Salah satu ciri khas Sosialisme China adalah sistem ekonomi berdasarkan paham sosialisme dimana produksi dikuasai secara penuh oleh kelas pekerja dan warga negara dimana pemerintah hanya bertugas melakukan konsolidasi terhadap pembangunan ekonomi nasional.

            Namun pasal 11 juga mengatur bahwa negara melindungi sektor ekonomi swasta dengan cara mengatur, membantu, dan mengawasi kegiatan ekonomi tersebut dengan cara melakukan kontrol administratif. Sektor ekonomi swasta merupakan komplementer dari sistem ekonomi sosialis China. Namun kegiatan ekonomi tersebut sangat terbatas dan negara mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengawasi kegiatan tersebut secara ketat. Ketentuan ini untuk menjaga sistem sosialis yang memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menguasai kepemilikan lahan.

            Pasal 24 ayat 2 Konstitusi China secara jelas menyatakan bahwa negara melarang semua bentuk kapitalisme, feudalisme, dan semua ideologi yang menyamainya. Salah satu caranya adalah negara mendukung adanya kecintaan warga negara terhadap tanah air, rakyat, buruh, ilmu, sosialisme dan juga mengajarkan rakyat akan pentingnya semangat patriotisme, colektifisme, internasionalisme dan komunisme dalam kerangka dialektika dan sejarah materialisme.  
            Namun system ekonomi terpimpin ini tidak memberikan kemajuan dan bahkan menyebabkan kekacauan.
3.      System ekonomi pasar (1978-sekarang)

            Pada periode kedua, karena kegagalan demi kegagalan pada kebijakan dalam usaha meningkatkan ekonomi China, maka timbul dua golongan dalam China yaitu Pragmatis dengan Dogmatis. Kedua golongan ini berbeda dalam menafsirkan komunisme China yang tentunya berimplikasi pada pengambilan kebijakan untuk memajukan ekonomi.

             Pada periode yang ketiga merupakan batu loncatan China menjadi sebuah negara seperti sekarang. “Kemenangan” kelompok pragmatis mengakibatkan titik tolak reformasi China yang nantinya mengakibatkan kemajuan China dalam bidang ekonomi.

            China sebelum tahun 1978 merupakan sebuah negara dengan dogma-dogma komunis sangat melekat pada kehidupan bernegara, PKC merupakan sebuah partai tunggal dengan kongresnya sebagai penentu arah kebijakan China. Hal ini berlangsung selama 30 tahun lebih. Tetapi pada tahun 1978 setelah tokoh-tokoh penting golongan dogmatis wafat, dogma-dogma komunisme yang kental seakan menguap begitu saja. Akhirnya timbul sebuah reformasi, perubahan dari dogmatis ke arah pragmatis. Dengan banyaknya tokoh dari golongan pragmatis dalam pemerintahan, maka sedikit demi sedikit China berubah. Misalnya sudah adanya musyawarah, adanya Dewan Perwakilan Rakyat yang disebut Kongres Rakyat, tidak ada lagi kekerasan dalam pergantian pemimpin.

            Dua tokoh yang memiliki peranan dalam perkembangan ekonomi China adalah Jiang Jemin (Presiden) dan Zhu Rongji (Perdana Mentri). Jiang Jemin dan Zhu Rongji ini, merupakan dua orang yang memperkenalkan sistem ekonomi pasar. Sistem ekonomi pasar merupakan sistem ekonomi yang memperbolehkan adanya kebebasan individu, negara hanya jadi kontrol untuk setiap kegiatan ekonomi, sistem ekonomi yang digunakan pada negara-negara kapitalis. China merupakan sebuah negara komunisme, tetapi menerapkan sistem ekonomi yang bertentangan dengan dogma-dogma komunisme. Tetapi hal ini merupakan titik tolak kemajuan China. China tumbuh menjadi sebuah rakssa ekonomi, dengan pendapatan perkapita sama dengan negara-negara Uni Eropa, dan pertumbuhan ekonomi yang diatas rata-rata. Tetapi faktor keberhasilan ini karena, kedua tokoh tadi mempelajari kegagalan dari kapitalisme dalam menerapkan sistem ekonomi pasar, dan hal itu diperbaiki dengan menggunakan dogma komunisme, misalnya negara memegang kontrol penuh terhadap kegiatan ekonomi, dan karena partai tunggal maka sedikit sekali terjadi konflik.

            Pada awal abad ke-21 Jiang Jemin dan Zhu Rongji j mendukung China masuk kedalam WTO (World Trade Organitation) pada tanggal 17 September 2001. Dengan China menjadi anggota WTO maka China bisa semakin mengembangkan perekonomian, dan lebih memudahkan untuk menjual segala hasil industrinya. China juga dapat meningkatkan pendapatan, meningkatkan industrialisasi, meningkatkan ekspor China. Tetapi konskwensinya China harus ikut dalam sistem perdagangan bebas. Tetapi dengan adanya PKC sebagai “”penjaga idiologi” megakibatkan China tetap memegang tegus idiologi komunisme dan tetap menerapkannya sebagai didiologi negara.

            Jika kita melihat dari perjalanan China dari masa ke masa, kita dapat melihat sebuah perjalanan yang tidak lah mudah, dari awal terbentuk China mengalami serangkaian konflik dan kegagalan sebuah kebijakan ekonomi yang justru menghancurkan negara itu. Tetapi karena sebuah keberanian dalam mengambil kebijakan yang dianggap “bertentangan” maka China dapat keluar dari krisis yang membelenggu selama tiga puluh tahun lebih. Karena sistem ekonominya, China tumbuh menjadi sebuah raksasa ekonomi asia dan menjadi negara maju di asia bahkan dunia hanya dalam kurun waktu 31 tahun (setelah tahun 1978). Hal ini didukung karena sistem politik China yang memakai partai tunggal sehingga mudah mengkontrol dan sedikit terjadi konflik.
            Dari aspek sosial, jumlah rakyat China yang 1,3 Milyar penduduk menguntungkan China dari segi tenaga kerja, dan rakyat China memiliki etos kerja yang tinggi. Dari aspek Budaya, sejak ribuan tahun yang lalu China mengenal konsep Yin dan Yang yang artinya memadukan dua hal yang berbeda untuk kemajuan negara/kehidupan, hal ini diaplikasikan dengan memadukan komunisme dengan kapitalis untuk kemajuan ekonomi China. Dan yang tidak kalah penting juga China memiliki “Production Culture” yaitu budaya untuk menciptakan, China tidak hanya menjadi “bangsa penikmat” tetapi juga berusaha untuk menciptakan dan membuat modivikasi terhadap barang yang sudah ada. Hal ini juga membuat China menjadi negara produsen barang elektronik yang telah dimodivikasi. Hal ini tentunya perlu ditiru oleh semua negara agar ekonomi maju.

Dibawah ini adalah beberapa tabel indikator kemajuan pelaksanaan sistem ekonomi Deng Xiaoping.
Tabel peningkatan berbagai hasil produksi pertanian
Jenis barabg pertanian
1978
1980
1984
1987
Gandum
304, 77
320, 56
407, 31
402, 41
Kapas
2, 16
2, 07
6, 25
4, 19
Tumbuhan penghasil minyak
5, 21
7, 69
11, 91
15, 25
Tebu
21, 11
22, 80
39, 51
46, 85
(Beijing Review, 7-13 Maret 1988, dalam Taniputera, 2009: 598)

Tabel peningkatan berbagai hasil industri
industri
1978
1981
1984
1987
Batu bara
(dalam 100 juta ton)
6, 18
6, 22
7, 89
9,20
Minyak mentah
(dalam 1 juta ton)
104, 05
101, 22
114, 61
134
Gas alam
(dalam 100 juta m³)
137, 30
127, 40
124, 30
140, 15
Tenaga listrik
(dalam milyar kwh)
256, 6
309, 3
377
496
Baja gulungan
(dalam juta ton)
22, 08
26, 70
33, 72
43, 91
Baja (dalam juta ton)
31, 78
35, 60
43, 47
56, 02
Besi (dalam juta ton)
34, 79
34, 17
40, 01
54, 33
     (Beijing Review, 7-13 Maret 1988, dalam Taniputera, 2009: 599-600)

            Sejak tahun 1978, Negara cina sudah menganut system ekonomi pasar yang sesuai dengan ciri cina (komunis). Tetapi pada tahun 1994 cina sudah mulai mengembangkan sisstem ekonomi pasarnya menjadi system ekonomi pasar bebas, dimana para pemilik modal memiliki kebebasan yang sangat besar untuk mengembangkan usahanya.
Terbukti dengan system pasar bebasnya Negara cina menjadi sebuah Negara yang sangat diperhitungkan diseluruh dunia, dimana
            China dengan gagasan empat modernisasinya, yang dilakukan secara bertahap pada bidang Pertanian, Industri, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Pertahanan Nasional telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata China sebesar 9,8 persen pertahunnya. Malah pada tahun 2007 pernah mencapai 11,4 persen yang menjadikannya negeri dengan pertumbuhan ekonomi tercepat sejak tahun 1994.
            Kala itu arah kebijakan China untuk secara konsisten menerapkan gagasan empat modernisasinya di dalam negeri di mulai dengan membenahi aparat militer  China, melalui profesionalisasi dan spesialisasi dalam organ pemerintahan. Di pihak lain, program yang menjadi prioritas pemerintah semacam pendidikan dan latihan pun dilakukan seimbang dengan mengkampanyekan empat modernisasi itu lewat media massa secara suistainable yang bertitik tolak pada output sains dan teknologi.

Dampak yang Ditimbulkan dari Sistem Ekonomi pasar
            Efek “positif” dari ekonomi Deng Xiaoping tentu saja tumbuh dan berkembangnya para penjaja, pedagang, pengusaha kecil, sampai pada pengusaha besar atau pelaku usaha lainnya. Memasuki abad 21 China merupakan negara yang sangat diperhitungkan, khususnya secara ekonomi oleh negara-negara maju. Saat ini Barang-barang kecil seperti mainan anak-anak, perkakas pertukangan atau alat-alat rumah tangga (berharga murah dengan kualitas baik), barang-barang elektronik, sampai  industri otomotif, banyak tersebar di beberapa negara di dunia. China juga turut meramaikan persaingan antariksa dan energi nuklir atau uranium.

            Deng Xiaobing mengatakan bahwa menjadi kaya adalah sesuatu yang mulia, ini merupakan pertanda bahwa republik rakyat China telah beralih pada kapitalisme. Angka-angka yang fantastis dapat pula kita saksikan dalam data-data statistik bisnis dan ekonomi negara tersebut. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Provinsi Guangdong saja sudah meningkat 40 kali lipat menjadi 1604 triliun yuan pada tahun 2004 dibandingkan 249, 7 triliun pada tahun 1980. China menjadi negara pengekspor dan pengimpor terbesar ketiga di dunia setelah Jerman dan Amerika Serikat. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan ditandai dengan peluncuran kendaraan antariksa berawak Shenzou V pada oktober 2003. Ini menjadikan China sebagai negara ketiga yang menempatkan manusia di luar angkasa (Taniputera, 2009: 616-617)

Prof Wu membagai Prinsip gradulialism yang diterapkan Cina ke dalam tiga tahap perkembangan strategi perekonomian:
1.      Desentralisasi Administrasi (Administrative Decentralization) : 1958-1978
            Semenjak jatuhnya pemerintahan Nasionalis, pemimpin Cina di bawah kepemimpinan Mao Zedong  menetapkan bahwa ekonomi terpimpin merupakan pilihan bagi negeri komunis sosialis Cina seperti digariskan dalam On the Ten Major Relationship yang sejalan dengan gerakan  Great Leap Forward. Ide dari Mao adalah mendelegasikan kekuasaan kepada pemerintah dan membagi keuntungan dengan unit-unit ekonomi, pekerja individual dan pemerintah lokal. Namun, desentralisasi administrasi tidak menghasilkan ekonomi yang berkembang bahkan menciptakan kekacauan dan stagnansi sebab setiap unit dan daerah berebutan menggali sumber daya dan memalsukan data dan laporan agar sesuai dengan keinginan pusat.
2.      Incremental Reform: 1979-1994
            Awalnya, incremental reform dipengaruhi oleh reformasi yang terjadi di Yugoslavia dan Romania yang terpusat pada BUMN atau state-owned enterprises (SOEs). Seiring waktu ditemukan kendala besar dalam melakukan reformasi sesuai arah yang diinginkan karena tanpa persaingan pasar dan sistem harga, kinerja SOEs tidak mampu menopang pertumbuhan ekonomi. Menyadari kelemahan ini, Cina mulai mengubah arah reformasi dari inside the system (reformasi SOEs) ke outside the system, yakni mendorong pertumbuhan SOEs dan swasta (non-state enterprises), menetapkan sistem kontrak dalam produksi agrikulutural, serta , membuka hubungan ekonomi dengan luar melalui penciptaan zona ekonomi khusus (special economic zones) yang membuka diri terhadap dunia luar (ekonomi pasar) sehingga dikenalkan istilah dual track system. Meskipun pada tahap ini Cina mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, dual track system pergerakan SOEs tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan swasta sehingga menimbulkan kondisi keuangan yang memburuk.

3.      Overall advance: 1994 – sekarang
            Pada tahapan ini pemerintah Cina bertekad bahwa reformasi  harus dilakukan pada semua lini. Dalam keputusan yang dihasilkan 3rd Plenary Session of the Congress memutuskan untuk menciptakan blueprint untuk reformasi sektor pertanian, dunia usaha, perusahaan atau korporat, finansial dan keuangan, jaminan sosial serta hubungan luar negeri dan pembenahan kondisi makro-ekonomi. Pembukaan diri Cina yang pada awalnya hanya berlaku di special specific zones membuktikan bahwa kawasan tersebut telah berlaku ekonomi pasar dan terbukti bahwa kawasan tersebut mengalami kemajuan jauh lebih pesat dibanding kawasan lain. Tuntutan untuk menganut sistem ekonomi pasar mulai dibahas oleh pemerintah yang pada akhirnya mendorong reformasi di setiap sektor.

Prof Wu lebih jauh menguraikan bahwa ekonomi terpimpin tidak mampu mengumpulkan dan memproses banyaknya informasi yang relevan terhadap alokasi sumber daya yang tidak efisien dalam dunia ekonomi yang semakin kompleks. Pemetaan informasi akan sumber daya yang dimiliki sulit dilakukan oleh ekonomi terpimpin. Berdasarkan perkembangan sejumlah langkah reformasi yang telah dipaparkan dalam bab pertama, Prof Wu selanjutnya mengemukakan visinya tentang terciptanya ekonomi berkeadilan yang ingin dicapai oleh Cina sehingga terwujud civic society dan social justice. Mengembangkan ekonomi pasar bebas merupakan sistem yang harus dikembangkan dengan melakukan desentralisme mekanisme pasar di mana setiap entitas ekonomi mampu memetakan alokasi sumber daya secara efisien dan adil. Sebuah framework yang stabil, kredibel dan adil bagi terciptanya mekanisme pasar merupakan suatu keharusan. Atau dengan kata lain UU, peraturan dan kebebasan harus ditegakkan demi tercapainya ekonomi yang berkeadilan.

D.   Sistem Pemerintahan Republik Rakyat Cina
Cina dengan nama lengkap Republik Rakyat Cina (people’s Republic of Cina) merupakan negara terbesar di daratan Asia yang masih bertahan dengan sistem komunis. Dalam bidang politik, Cina menerapkan sistem komunis dengan kontrol yang ketat terhadap warganya. Dalam bidang ekonomi, Cina menerapkan sistem ekonomi pasar. Produk-produk Cina sekarang ini banyak membanjiri pasaran dunia.
Pkok-pokok sistem pemerintahan  di Cina
a. Bentuk Negara adalah kesatuan yang terdiri atas 23 provinsi.
b. Bentuk pemerintah adalah revublik dengan sistem demokrasi komunis.
c. Kepala negara adalah presiden, sedangkan kepala pemerintahan adalah perdana menteri.
Presiden dipilih oleh Kongres Rakyat Nasional untuk masa jabatan 5 tahun (biasanya merangkap sebagai Ketua Partai). Sedangkan untuk jabatan Perdana menteri (Sekretaris Jenderal Partai) diusulkan oleh presiden dengan persetujuan Kongres Rakyat Nasional
d. Menggunakan sistem unikameral, yaitu Kongres Rakyat Nasional (National People’s Congress or Quanguo Renmin Daibiao Dahui) dengan jumlah 2.979 orang. Anggotanya merupakan perwakilan dari wilayah, daerah, kota dan provinsi untuk masa jabatan 5 tahun. Badan ini memiliki kekuasaan penting di Cina dengan anggotanya dari orang-orang partai komunis.
e. Lembaga negara tertinggi adalah Konggres Rakyat Nasional yang bertindak sebagai badan legislatif (biasanya didominasi oleh partai komunis Cina)
f. Kekuasaan yudikatif (Badan kehakiman) terdiri atas Supreme Peoples Court, Local Peoples Courts dan Special Peoples Courts. Kekuasaan yudikatif dijalankan secara bertingkat kaku oleh Pengadilan Rakyat di bawah pimpinan Mahkamah Agung Cina.

E.   Sistem Politik Cina
Republik Rakyal Cina berdiri tahun 1949 setelah menumbangkan dinasti Cing yang berusia ratusan tahun. Tetapi barusan secara konstitusi cina ditetapkan dalam congress rakyat nasional, yang menyebutkan antra lain bahwa demokrasi rakyat di pimpin oleh kelas pekerja dalam hal ini dikelola oleh Partai Komunis Cina sebagai inti kepemimpinan pemerintah.
Dalam kuasa eksekutif, jabatan kepala negara dihapuskan maka orang pertama dalam kepemimpinan Partai Komunis Cina yang menggantikan jabatan ini yaitu ketua Partai itu sendiri, sedangkan Sekretaris Jenderal partai merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi setingkat Perdana Menteri. Kekuasaan legislatif dipegang oleh kongres rakyat nasional-yang didominasi oleh Partai Komunis Cina. Kekuasaan yudikatif dijalankan secara bertingkat oleh pengadilan rakyat dibawah pimpinan Mahkamah Agung Cina. Pengadilan rakyat bertanggung jawab kepada kongres rakyat di setiap tingkatan, namun karena perwakilan rakyat tersebut didominasi oleh Partai Komunis Cina maka demokrasi masih sulit terwujud meskipun usaha perubahan dilakukan terus-menerus dalam reformasi yang dicanangkan dalam rangka menghadapi era globalisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar